Senin, 01 Februari 2010

FENOMENA 1


Kabid Humas Depbupar, Turman Siagian
Pariwisata Jadi Skala Pembangunan Nasional
Pariwisata merupakan asset Indonesia yang belum banyak dikembangkan. Pemerintah telah memulai agar sektor Pariwisata dikembangkan menjadi Skala Pembangunan Nasional. Tentunya, hal ini berdampak pada sector lain seperti pembangunan infrastruktur jalan, perhubungan, sarana dan prasarana.

Saat ini, peran pariwisata di Indonesia akan diletakkan pada skala pembangunan nasional. Karena semakin lama pemerintah melihat potensi sumber energi yang dieksploitasi kian tahun makin menipis cadangannya. Sehingga pariwisata dipandang pemerintah sebagai sumber daya yang kini paling pas untuk dijadikan sebagai prioritas. Nantinya, secara perlahan akan dapat menggantikan eksistensi devisa negara dari hasil tambang, seperti minyak bumi, gas dan batu bara. Dalam kedudukan seperti itu, maka pariwisata menjadi semakin penting dalam skala pembangunan nasional.
Hal itu dijelaskan oleh Kepala Bidang Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Turman Siagian, MSi kepada Arta News di kantornya, baru-baru ini.
“Pariwisata ini sudah merupakan kebutuhan dan bagian hak asasi manusia. Di mana Manusia berhak menghabiskan waktu luangnya untuk kegiatan kepariwisataan,” jelas Turman “Oleh karena itu, prinsip dasarnya pariwisata merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Maksudnya, manusia sudah mencari kebutuhannya untuk aktifitas pariwisata yang baik terhadap kehidupannya,” tambahnya.
Dalam hal pariwisata, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata melihat tahun ke tahun, kepariwisataaan Indonesia makin membaik. Sampai tahun 2004 indonesia kedatangan pelancong manca Negara, berkisar 5 juta orang. Adanya perbaikan suasana politik dari tahun 2004 – 2009, pariwisata Indonesia dinyatakan Depbudpar sudah mulai menunjukkan perkembangan yang signifikan.
Tahun 2008 lalu, termasuk tahun yang sangat baik untuk dunia pariwisata. Karena pada tahun itu, Indonesia kedatangan turis asal berbagai Negara hingga mencapai 6,3 juta orang. Hal itu menurut Turman, sesuatu pencapaian Negara Indonesia yang tertinggi selama Republik ini berdiri, bahkan hal itu dicatat dalam record MURI.
Menurut Turman, berbagai sarana dalam rangka meningkatkan kepariwisataan Indonesia, juga telah diupayakan. Misalnya, pembangunan fasilitas bandara Makasar, penyempurnaan dan perbaikan Bandara Ngurah Ray, Bandara Kuala Namu, diharapkan dapat selesai dalam waktu dekat. Bandara serta Bandara Minangkabau yang kini sudah lebih baik dan bagus.
Sarana pariwisata seperti Hotel, jelas Turman, telah dilakukan upaya pembenahan seperti telah berdirinya 10 Hotel Berbintang Lima di Menado. Serta pelaksanaan even-even yang dapat mengundang pariwisata seperti “Sail Bunaken” dan “Visit Indonesian A Years”. “Maka pada tahun 2004 - 2009 ini, Indonesia dalam pariwisata makin baik,” tandasnya.
Dituturkan Turman, berbagai ajang festival juga dilakukan, untuk upaya peningkatan pariwisata di daerah-daerah, misalnya, Danau Toba, Poso, Bali, Tomohon dan lainnya. Hal itu dilakukan bertujuan untuk mengangkat potensi potensi daerah yang ada selama ini masih kurang perhatikan. Seperti adanya ruang yang disajikan untuk dinikmati, dilihat dan menjadi daya tarik bagi pengunjung.
Tentang persoalan pemasaran, jelas Turman, pariwisata bila dilihat dari segi kunjungan luar negeri. demi menggelorakan dan menggaungkan promosi di luar negeri Depbudpar juga membawa suatu branding alat jual visit Indonesia 2008-2009. Kemudian di dalam negeri digaungkan juga dengan tema “Kenali Negerimu Cintai Negerimu”.
Dalam rangka promosi ke negara tetangga, pemerintah sejak dua tahun terakhir ini telah melakukan beberapa even yang dilakukan di daerah dekat singgungan atau perbatasan. Hal itu semisal dilakukannya even sendra tari, pentas seni di Batam dan di Belu. Intinya agar dengan dilihatnya ada beberapa even budaya dan lainnya dapat mendorong wisman dari Negara tetangga untuk datang mengunjungi Indonesia. Selain itu juga mendorong pemuda untuk melakukan kunjungan kunjungan di dalam negeri, “Itu salah satu bagian dari strategi kita,” tukas Turman.
Selain itu, kini sedang diupayakan pula sebuah bentuk pariwisata fenomena baru, yaitu wisata pedesaan. Untuk orang kota yang telah lama menetap di daerah heterogen (percampuran) itu, maka desa dengan segala keasrian dan kearifan lokalnya menjadi daya tarik sendiri. Kerinduan masyarakat kota akan desa ternyata dapat menjadi paket wisata yang tidak kalah menariknya dari wisata lainnya. Karena alam pantai dan pegunungan tempat di mana desa-desa itu berada, biasanya menjadi kenikmatan tersendiri bagi orang kota.
Namun Turman mengakui, kejayaan wisata di tahun 2008 tidak sama mulusnya di tahun 2009. Karena di tahun itu, terjadi krisis ekonomi dunia yang sangat berimbas kepada dunia wisata. Hampir semua Negara tujuan wisata tidak menaruh target dalam program kewisataan mereka. Namun pemerintah Indonesia cq Depbudpar, kata Turman, menargetkan 6,4 juta orang, atau lebih banyak 0,1 juta orang disbanding tahun 2008.
“Memang di tahun 2009 pun tidak semulus yang kita bayangkan. Karena terganggu oleh isu isu teroris dan peledakan bom dimana mana, ternyata ada kenaikan 0,4 % sehingga di capai jumlah kunjungan 6,4 juta wisman,” kata Turman dari data kerjasama dengan Badan Pusat Statistik Nasional.
Bagaimana tahun 2010
Turman menjelaskan, pemerintah yakin positif dalam melihat prosfek tahun 2010. Dari keyakinan itu, bahkan Depbudpar menargetkan akan terjadi peningkatan wisman dengan capaian kedatangan hingga 7 juta pelancong. “Kita yakin untuk mencapai 7 juta ini bisa tercapai,” tukasnya.
Keyakinan itu menurut Turman juga didasari oleh adanya peningkatan anggaran untuk pariwisata di tahun 2010. Berdasarkan APBN 2010, alokasi anggaran untuk pariwisata telah mencapai angka Rp1,3 trilliun atau naik 0,2 triliun dari tahun sebelumnya. Dengan kenaikan itu, tentunya upaya pariwisata dapat ditingkatkan dan dikembangkan lagi.
Ditinjau dari Undang-undang otonomi daerah dimana pariwisata masuk dalam urusan tambahan (pilihan) bukan pada urusan wajib, Turman menjelaskan, adanya otonomi daerah memang memberikan keleluasaan terhadap pemerintah daerah dalam mengatur urusan wilayahnya sendiri. Sehingga, diakui Turman, ada daerah yang menjadikan sektor kebudayaan dan pariwisata menjadi skala prioritas pembangunan daerahnya, namun adapula yang tidak atau di skala level II prioritas pembangunannya.
“Memang kita maklumi bahwa pemerintah menempatkan sektor pembangunan dilihat dari skala prioritasnya. Maka kita harus akui misalnya sektor pendidikan, kesehatan, sumber daya masih diprioritas wajib. Tetapi saya katakan tadi, kini pariwisata sudah menjadi prioritas utama,” jelas Turman.

Pengalokasian anggaran untuk daerah
Anggaran daerah untuk pariwisata, tergantung pada pemimpin daerahnya masing-masing. Artinya, Gubernur, Bupati atau Walikota tentunya memiliki skala tersendiri dalam menentukan prioritas apa yang harus didahulukan. Sedangkan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tidak dapat menekan atau memaksa urusan kepala daerah itu, tutur Turman.
“Tetapi kepada daerah, kita mengatakan seluruh daerah untuk melihat potensi pariwisatanya, Karena pariwisata ini layak dijadikan lokomotif perekonomian di Indonesia,” jelasnya.
Diterangkanpula oleh Turman, ada beberapa kepala daerah yang sangat focus menaruh perhatiannya ke dunia pariwisata. Kalau mereka menyadari, potensi itu di daerahnya sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Seperti manado berkeinginan tahun 2010 - 2011 menjadi world class (tingkat dunia.red) dalam pembangunan kepariwisataannya. Karena jika pariwisata maju maka sektor lain pun akan maju. Pekerjaan Umum (PU) jalan pun akan bagus dan juga memiliki estetika (keindahan). Demikian halnya transportasi, seperti penerbangan pun semakin maju rute-rute untuk luar negeri atau ke Eropa mulai di buka.
“Disini, khususnya pihak garuda agar bisa menyikapi dengan lebih terbuka untuk kemajuan dunia pariwisata di Indonesia yang dapat di nikmati semua wisatawan mancanegara,” Jelas Turman menutup wawancara. Ian/jef

Tidak ada komentar:

Posting Komentar