Senin, 01 Februari 2010


Maria Pasaribu “Mamamia”
Yakin Dibantu Malaikat Tuhan

Degup jantungnya berpacu cepat antara ikut atau tidak ajang kontes bakat “Mamamia” di TV Indosiar. Karena disadarinya finasial orangtuanya tak memungkinkan untuk membiayai dirinya ikut ajang setingkat nasional itu.

Maria Pasaribu, satu dari sekian putra/putri Batak ditempa oleh pahitnya hidup sejak masa kecilnya. Demi perjuangan hidup, ayahanda Maria, James Pasaribu harus banting tulang menjadi supir angkot 46 Kota Medan jurusan Olimpia. Sebagai anak supir angkot, ia sudah terbiasa hidup prihatin dan berbagi bersama keluarganya.
Namun Maria dikarunai talenta darah seni yang kuat. Membrane suaranya yang nyaris sempurna, menjadi modal pergaulan dan belakangan menjadi mata pencahariannya.
Dari lingkungan Gereja Katolik di Hayam Muruk, disitulah ia berkenalan dengan teknik dan olah vocal. Bergabung dalam koor Gereja Santo Anthonius menjadikan karunia pita suara yang dimilikinya dapat mengeluarkan suara nan merdu.
Pada suatu malam, Maria sangat menyadari dan memahami kondisi keluarganya. Ia pun bertelut dan berdoa kepada Tuhan dengan hati yang tulus. “Agar ada jalan untuk kehidupan lebih baik,” tukasnya lirih mengadu dan meminta. Sehingga ia yakin dan sadar apa yang diraih kemudian, dan segala kemudahan jalan hidupnya semata karena kasih cinta Tuhan dan malaikatNYA yang turut mendampingi niat baiknya untuk membantu kedua orangtuanya.

*

Sore itu menjelang malam, Arta News bersua dengan Maria Pasaribu disebuah pertokoan di Gajah Mada Plaza, Jakarta Pusat. Dari perawakannya saat itu, sungguh tidak tampak bawah dara belia ini adalah pemenang program ajang kontes bakat “Mamamia” di tahun 2008. Pakaian serta asesoris yang melekat ditubuhnya itu begitu sederhana namun bersahaja. Jelas berbeda jika dibandikan dengan kebiasaan artis umumnya yang biasanya glamour dan seronok.
Dalam perbincangan itu, Wajahnya memendar kesahajaan. Tak tampak, ia, bintang pemuncak acara entertainment bertajuk Mamamia 2008. Ia pun tak merasakan perubahaan cuaca yang agak ekstrim. Enjoy demikian pemilihan kata yang tepat untuk disematkan pada dirinya.
Dalam perbincangan yang penuh kehangatan bersama Arta News di Mall Gajamada Jakarta Pusat ia menceritakan sejak kelas 1 SD sampai SMA di kota Medan, selalu ikut pelbagai festival. Dari waktu ke waktu, kesertaannya dalam lomba bernyanyi barulah berbuah hasil, saat ia menginjak kelas 2 SMP.
Melalui sebuah tabloid mingguan terbitan Jakarta, matanya berbinar sesaat menengok sebuah iklan Mamamia untuk remaja. Degup jantungnya berpacu cepat antara ikut atau tidak. Karena kondisi finasial orangtuanya yang tak memungkinkan.
Tekadnya tetap membara. Pastor Deptus Simamora melihat itu. Ia menggalang umatnya untuk bersama-sama mendanai keberangkatan Maria putri James Pasaribu/Selly Br. Rajagukguk.
Sesaat berada Jakarta, dalam audisi yang dimulai pukul 09.00 hingga dinihari, belum juga rampung. Panitia memberikan waktu esok bagi yang mau melanjutkan. Hasil kesepakatan dengan ibunya, Maria tetap melanjutkan dinihari itu juga. Dengan kondisi tidak fit, ia lolos. “Puji Tuhan,”meluncur dari bibirnya yang mungil. Hingga 42 besar, ia masih beruntung. Akhirnya nama Maria tercantum dalam 15 besar.
Sekali lagi, hanya dengan tekad kuat Maria dan ibunda, ia ke Grand Final Mamamia. Dengan sangu sebesar 1 juta rupiah, Maria dan ibunya harus benar mampu mengelola dana minim tersebut selama berlangsungnya mulai pembelian baju dan biaya hidup. Cercaan berkisar kostum performanya, kerap jadi sasaran tembak juri Ivan Gunawan. Perempuan kelahiran Medan, 1992 cukup sedih. Rasa simpati berupa kiriman beberapa potong baju yang modis dari Ibu Siahaan boru Naibaho melegakan hatinya. Nantulang, dalam tarombo (sebutan silsilah Batak).
Maria pun akhirnya berhak mendapatkan mahkota juara pertama Mamamia dengan hadiah 100 juta rupiah. Ia serahkan kepada orangtuanya. Maria Mamamia (18) mengatakan,”Puji Tuhan!”
Kini ia tinggal di Jakarta bersama keluarganya. “Bapak dan Ibu tak betah di Jakarta. Kalau nanti aku sudah mampan, mereka minta kembali ke Medan,”katanya kepada Arta News.
Album lagu Batak “Amang Naburju” dengan produser Johanes Hutasoit menambah perbendaharaan hidupnya. Hanya saja, ia tetap fokus untuk melanjutkan studynya sebagai modal utama masa depannya.
Maria menapak karir dengan semangat juang tinggi. Ia percaya Malaikat Tuhan pun telah diutus untuk membantunya.Parulian Tambun

Data diri:

Nama : Maria Anggreini Grace Kelly Pasaribu
Nama Panggilan : Maria
Tgl Lahir : Medan 04 Oktober 1992
Nama ayah : James Pasaribu
Ibu : Selly Br. Rajagukguk
Anak ke : 1 dari 3 bersaudara
Pendidikan : Kelas 3 SMA Tarsisius 1 Jakarta Pusat (IPS)
Show : Launching Grand Mas (Bekasi)
Natal Sumatera Utara
Album Batak : “Amang Naburju” Produser Johanes Hutasoit
Prestasi : Mamamia Show (2008) Juara 1 Indosiar
Hobby : Nyanyi, badminton
Makan favorit : KFC
Bintang : Libra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar