Kunjungan Gubernur AIUO Italia ke Indonesia
Kunjungan selama 3 hari tersebut mengunjungi Kantor AIUO di Indonesia, Perkampungan Betawi Setu Babakan dan pertemuan dengan President World Peace Comitte, Djuyoto Suntani.
Satu jam pun berlalu, Pesawat Philipines Air Lines tak kunjung tiba. Padahal berdasarkan jadwal kedatangannya pesawat yang membawa Gubernur Internationale Academia Umanitarian Opere (AIUO) Italia, Prof. DR. Francesco Scarciolla, seharusnya pesawat itu sudah mendarat pada pukul 13.00 WIB, Minggu (25/3) siang itu.
Tetapi penantian kami tidak berakhir dengan kekecewaan, tepat Pukul 14.00 WIB, pesawat yang kami tunggu-tunggu pun mendarat juga di landas pacu Bandara Internasional Soekarno – Hatta, Jakarta.
Perasaan penasaran dan khawatir pun menggelayuti pikiran kami. Terus terang saja, saya (pemred Arta News) dan DR. Ir Ricky Sitorus, MSc belum pernah bertemu secara face to face (muka dengan muka) dengan bangsawan yang bergelar Dukes of Gavatino itu. Yang kami punya hanya foto serta keterangan bahwa pria berkenegaraan Italia hanya dapat berbahasa Italia.
Perasaan penasaran dan khawatir pun menggelayuti pikiran kami. Terus terang saja, saya (pemred Arta News) dan DR. Ir Ricky Sitorus, MSc belum pernah bertemu secara face to face (muka dengan muka) dengan bangsawan yang bergelar Dukes of Gavatino itu. Yang kami punya hanya foto serta keterangan bahwa pria berkenegaraan Italia hanya dapat berbahasa Italia.
Tiba-tiba telepon Ricky berdering. Di seberang telepon sana terdengar suara perempuan dan berkata, “Maap pak, ini Pak Ricky ya? Pak, ini telepon dari teman bapak yang dari Italia. Selebihnya saya tidak bisa berkomunikasi karena ia tidak bisa berbahasa Inggris,” kata suara di lines seberang sana dan “klik” terputus.
Untunglah kami sudah bersama seorang penerjemah. Sebut saja Dian, perempuan ini dalam hidupnya pernah tinggal selama 10 tahun di Roma Italia. Kami pun kembali menghubungi nomor selular tersebut dan meminta Dian untuk berbicara dalam bahasa Italia. Telepon terkoneksi, dan Dian pun berbicara dalam bahasa Italia. Ia pun memandu Francesco menuju tempat di mana kami menunggu dia.Pertemuan itu begitu semeringah. Francesco memeluk dan menciumi pipi kami.
Kendati risih tetapi kami mencoba memahami mungkin begitu cara budaya Italia menujukkan kehangatan persahabatan. Sepanjang jalan Francesco bercerita dalam bahasa Italia. Ia berbicara begitu cepat, sehingga seringkali Dian kelihatan kebingungan bagaimana memotong pembicaraan Gubernur AIUO itu, untuk menyampaikan artinya kepada kami. Hingga sampai di mana kami mengarahkan Francesco bermalam selama berada di Jakarta.
Rencananya Francesco akan menginap di JW Marriot, Kuningan Jakarta Selatan. Namun kami mengarahkan ke Hotel Park di Jl. DI Panjaitan, Jakarta Timur. Hal itu kami lakukan mengingat, rencana Francesco yang akan kembali ke negaranya pada tanggal 27 Maret 2012, desas-desus yang kami dengar pada tanggal itu akan terjadi demonstrasi besar-besaran yang akan dilakukan mahasiswa dan buruh di depan Istana dan DPR RI, sehingga kami merubah rencan. Alasannya jika ingin berangkat ke bandara bisa melalui jalur tol ke arah Tanjung Priok - Bandara Soekarno Hatta sehingga dapat menghindari jalur yang kemungkinan akan macet total.
Di hari kedua, Francesco mendatangi kantor AIUO Indonesia di JL. Revolusi, Depok. Kantor yang dikepalai Ricky Sitorus selaku delegasi AIUO di Indonesia itu, telah dinotariskan oleh Kantor Notaris Negeri Sirait, SH, MH. Dalam kunjungan tersebut, Fransisco disambut dengan tari-tarian dan musik Marawis bernuansa muslim.
Gagasan Taman Hidup Kemanusiaan
Dalam kesempatan itu, Francesco sempat bercengkrama dengan para sukarelawan kemanusiaan AIUO Indonesia. Sempat disinggung gagasan Ricky untuk membuat “Taman Hidup Kemanusiaan” yaitu dengan menanam ribuan pohon di areal seluas 2.000 Ha, selain untuk memberdayakan petani juga sebagai gerakan “go green’ yang dapat mengurangi emisi karbon yang sekarang ini telah mempengaruhi suhu bahkan iklim cuaca di dunia.
”Rencananya lahan itu, akan menjadi monumen hidup dimana kita harapkan tamu-tamu dari mancanegara dapat berpartisipasi untuk menanam di areal taman itu,” jelas Ricky
Gagasan tersebut disambut baik oleh Francesco, dan rencananya akan diusulkan ke UNO (PBB). Menurut Francesco seperti diterjemahkan oleh Dian, gagasan tersebut “brilian” dan ia akan menyampaikan hal tersebut ke UNO, kemungkinan hal menurutnya dapat berjalan di bulan Desember 2012 nanti. Karena ia harus melakukan konsolidasi dan koordinasi dengan organisasi kemanusiaan dunia.
Selain itu, Francesco juga menjelaskan bahwa ia akan bekerja keras untuk memberikan bantuan apa yang diperlukan sukarelawan kemanusiaan IAUO Indonesia demi membantu bencana yang terjadi di nusantara ini. Tetapi bantuan tesebut akan diberikan dalam bentuk material bukan dana, IAUO di Indonesia ini yang sebagai perwakilan yang akan menyalurkan bantuan tersebut.
Gelar Doktor Untuk Ricky Sitorus
Francesco dalam kesempatan itu juga memberikan gelar Doktor Honoris Kausa (HC) kepada Ricky sebagai penghargaan dari AIUO yang mau menjadi bagian dari misi kemanusiaan dunia. “Kami menyematkan gelar doktor kepada Ricky atas misi kemanusiaannya untuk mau peduli terhadap kemanusiaan di dunia dan menjadi bagian dari kami,” kata Francesco
Selain itu, ia juga memberikan cindera mata berupa koin berharga kepada Ricky yang dibuat sejak tahun 1928 di Italia. Sebaliknya Ricky juga memberikan cindera mata berupa ukiran kayu jati lambang IAUO yang dibuat oleh Guntur salah seorang sukarelawan IAUO – Indonesia.
Pada kesempatan itu, Francesco juga memberikan penghargaan kepada Hartini Kuntjoro yang aktif dalam bidang pengembangan obat-obatan herbal di Indonesia dan saat ini tengah membentuk Persatuan Pengobatan Ramuan Tradisional Nusantara yang terdiri dari tabib-tabib dari berbagai suku yang ada di nusantara ini. Francesco juga memberikan cindera mata sebagai ungkapan terimakasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan oleh Negeri Sirait, SH, MH dalam pembuatan akte kantor IAUO di Indonesia tersebut.
Gubernur yang memiliki hak preogatif di AIUO Internasional itu, juga memberikan penghargaan kepada saya selaku pimpinan redaksi Majalah Arta News, karena mau menjadi sukarelawan dan turut aktif dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat Indonesia lewat tulisan-tulisan kemanusiaannya. “Saya mengangkat Jeffry sebagai jurnalistik AIUO di Indonesia dan akan mempromosikannya ke Vatican, Roma,” kata Francesco terjermahkan.
Fransisco di Perkampungan Betawi
Selanjutnya Francesco beserta rombongan mengunjungi Perkampungan Betawi Setu Babakan, Jagakarsa di Jakarta Selatan. Kunjungan tersebut disambut baik oleh, Mantan Deputi Gubernur, Margani M Mchtar selaku pembina IQ Tour (TRIT) serta Tokoh Betawi Drs. H. Sofyan Murthado di rumah Induk Perkampungan Betawi Setu Babakan itu. Namun karena ada tugas yang sangat penting, Margani meminta pamit terlebih dahulu.
Dalam kesempatan itu, Sofyan menyampaikan gagasannya tentang konsep mengurangi banjir yang meresahkan warga DKI Jakarta. Gagasannya yang disebut KONGUJURTA serta pengenalan pohon serba guna alias pohon nangka yang juga dapat mengatasi pemanasan global di dunia. Konsep yang telah 6 tahun direncanakan itu diserahkan Sofyan kepada Francesco sebagai perwakilan Unesco. Fransisco menjanjikan akan membahas hal tersebut di UNO.
Sofyan menyampaikan bahwa konsep pengurangan bencana banjir di Jakarta itu memang memerlukan dana yang besar untuk membangun DAM dan bendungan yang rencananya dibangun di 13 sungai di Jakarta ini. Sofyan berharap misi kemanusian AIUO ini dapat membantu Program Kongujurta lewat UNO.
“Saya meyakini bahwa hampir tidak ada ada diri manusia untuk melahirkan rasa kecintaan terhadap daerah apabila orang itu tidak memiliki pengetahuan sejarah pada daerah itu sendiri,” tandas Sofyan.
Dalam kesempatan itu, Francesco memberikan cinderta mata kepada Sofyan. Selanjutnya Sofyan juga memberikan kopiah dan sorban sebagai penghargaan dan menyematkan nama “Sofyan” yang berarti “berdamai” sebagai penghargaannya kepada Fransisco menjadi warga Betawi, sehingga namanya menjadi Francesco Paolo Scarciolla ‘Sofyan” dan Profesor dari Italia itu menerima dengan senang penghargaan yang diberikan Sofyan.
Pertemuan dengan Presiden Perdamaian Djuyoto Suntani
Pada hari berikutnya, Selasa 27 Maret beberapa jam sebelum keberangkatan Francesco, President the World Peace Comitte (WPC), DR. Djuyoto Suntani bersama Deputy Administrasi WPC sekaligus istri Djuyoto, Susianty Kawira bertemu dengan Fancesco dan Ricky di Hotel Park, Jakarta.
Dalam pertemuan itu, Francesco sempat memperbincangkan soal “Gong Perdamaian Dunia” untuk di tempatkan di Italia. Djuyoto menyambut maksud baik dari francesco tersebut. Dan perbincangan berlangsung hangat, Djuyoto mengajak agar Francesco dan Ricky dapat hadir dalam pembukaan kantor Perdamaian Dunia di Jepara, Jawa Tengah.
Atas nama IAUO, Francesco juga memberikan cindera mata dan gelar doktor kepada Djuyoto sebagai rasa bangga dan bahagianya bertemu dengan presiden perdamaian dunia yang pernah mecanangkan Gong Perdamaian Dunia di Ambon yang di buka Presiden RI yang dihadiri oleh orang-orang ternama duna seperti Nelson Mandela dan lainnya.
Setelah pertemuan tersebut, Francesco pun bergerak menuju Bandara Internasinal Soekarno Hatta ditemani oleh Ricky dan Atiek Warih Setawati, SPd, Dip.Cidesco. Hingga ia meninggalkan Indonesia pada pukul 17.00 WIB. Perjalanan misi kemanusiaan Francesco ke Indonesia merupakan lanjutan dari kunjungannya dari Filipina sehingga kedatangannya melalui bandara Filipina, tetapi ketika pulang ia langsung berangkat menuju Matera, Italia. ocep/jojo/jef
Tidak ada komentar:
Posting Komentar