Kamis, 19 April 2012

Minuman Khas Betawi


“Bir Pletok” Disukai Orang Eropa
Kata Bir identik dengan suatu minuman yang mengandung  alkohol dan  memabukkan, setidaknya itulah persepsi yang  terbentuk dalam pikiran masyarakat  saat mendengar kata “bir”.   Tetapi jelas beda ketika  kata “bir” itu di sandingkan dengan kata “pletok”, karena bir pletok bukan minuman beralkohol.
Minuman bir pletok ini, adalah minuman khas betawi yang terbuat dari bahan rempah-rempah. Aman di komsumsi karena mengandung sari jahe, gula merah, kayu secang, kayu manis dan kapulaga. Bahan-bahan herbal yang terkandung di sini justru memiliki khasiat bagi kesehatan, khususnya untuk menurunkan kadar kolesterol, menyetabilkan gula dalam darah, pegal linu serta berfungsi untuk menghangatkan badan pada saat cuaca dingin.
“Bir” seperti yang di maksud dalam minuman ini, bukan bermakna seperti kata bir yang sudah di adopsi dari kata bahasa inggris yaitu beer. Tetapi “bir” ini, serapan dari bahasa arab yaitu “biar” yang berarti sumur. 
Menurut penjelasan Drs.H.Sofyan Murtadho, Msc ( Haji Piyan ) selaku budayawan Betawi, dahulu masyarakat Betawi yang pergi ibadah umroh ke Tanah Mekkah terdapat ritual untuk mengunjungi suatu tempat yang bernama Bir Ali (Sumur Ali), sehingga kata Bir dipakai oleh masyarakat betawi menunjuk kata “air” sejak itu.
Sementara kata “Pletok”  berasal dari kayu gabus yang dipakai untuk menutup botol pada minumnya. Karena bila minuman rempah-rempah itu dibuka tutupnya, akan mengeluarkan bunyi “pletok” yang kemudian di jadikan sebagai kosa kata dalam bahasa betawi.
Padahal sumber bunyi pletok tersebut, berasal dari tekanan gas di dalam botol. Pasalnya,  rempah-rempah yang sudah diolah menjadi minuman tersebut, ternyata menghasilkan hawa panas. Sehingga memberikan tekanan terhadap tutup botol yang terbuat dari gabus itu.
“Saat ini banyak masyarakat Betawi kurang memahami tentang sejarah dan budayanya sehingga sering salah mengartikan asal usul hasil sejarah dan budaya tersebut, salah satunya Bir Pletok ini “ Kata Haji Piyan. 
Dalam kunjungan Gubernur Academia Internasionale  Ummanitarian Opere ( AIUO ) Prof.Dr.h.c.Acc.Fransisco Paolo Scarciolla perwakilan misi kemanusiaan UNESCO dari Italia,  ke Setu Babakan Jakarta Selatan, sangat terkesan dan mengatakan, Citarasa Bir Pletok sangat baik untuk masyarakat Eropa yang beriklim dingin.
“Jika ini di jual di Negara saya ( Italia ) minuman ini pasti banyak disukai dan laku bila dipasarkan. Apakah minuman ini sudah di ekspor ke eropa?” Kata Fransisco seperti diterjemahkan oleh Dian.
Setelah pulang sampai di Italia,  Fransisco lewat komunikasi telepon maupun internet, dalam berbagai kesempatan selalu menanyakan bir pletok yang diminumnya hingga 3 gelas itu. Kepada DR. Ir. Ricky Sitorus, MSi selaku delegasi AIUO di Indonesia. Artinya, rasa bir pletok jelas memberi kesan tersendiri dirasa oleh Fransisco yang orang Eropa itu. Sehingga kenangan rasa itu seakan membuat hatinya tertambat akan  Setu Babakan, Perkampungan Budaya Betawi yang terletak di  Selatan Jakarta itu.
Ia juga menyeritakan tentang pengalaman disuguhi minuman tradisional Betawi itu kepada rekan-rekannya di Filipina dan Malaysia. Sehingga rekannya itu pun tertarik untuk mengunjungi Indonesia dan  mencicipi bir “ala” Betawi itu. Tentulah ingin menikmati sensasi rasa seperti apa yang dialami Fransisco.
Ternyata hasil budidaya kearifan lokal betawi, sanggup membuat minuman dari tumbuh-tumbuhan Indonesia dan tidak kalah rasa dibandingkan dengan minuman yang beredar di Eropa. Karena duta misi kemanusiaan internasional yang sering berkunjung ke pelbagai  Negara saja mengaku rindu untuk mencicipi kembali “bir” khas betawi. Kenapa kita tidak mencobanya?  hen/dit  

1 komentar: